Quantcast
Channel: Rumah Inspirasi
Viewing all articles
Browse latest Browse all 734

Bagaimana memulai homeschooling untuk anak yang pernah sekolah?

$
0
0

First-StepHomeschooling bisa dimulai dari awal sekali, saat anak masih usia dini atau belum masuk usia sekolah formal. Tetapi, kadangkala homeschooling bisa saja dimulai saat anak sudah bersekolah. Hal ini bisa disebabkan karena berbagai hal, misalnya: orangtua baru mengenal dan kemudian jatuh cinta dengan konsep homeschooling, anak mengalami trauma atau masalah di sekolah, dan sebagainya.

Bagaimana memulai homeschooling untuk kondisi anak yang sudah pernah belajar di sekolah?

a. Orangtua perlu belajar tentang homeschooling

Hal pertama yang harus dilakukan, khususnya kalau homeschooling terjadi tanpa rencana alias by-accident, orangtua harus belajar mengenai homeschooling karena model homeschooling itu berbeda dengan sekolah. Persamaan dan perbedaan dengan sekolah itu harus diketahui dan disadari agar peralihan ke homeschooling bisa berjalan lebih mulus.

Anda dapat mencari buku-buku tentang homeschooling di sini: http://opentrolley.co.id/Search.aspx?str=homeschooling&page=1&pgsz=20

Lebih baik lagi kalau orangtua bertemu dengan praktisi yang mengalami kondisi sejenis atau usia anaknya kurang lebih sebaya sehingga mendapatkan gambaran riil tentang tantangan dan praktek homeschooling.

b. Bicarakan keputusan homeschooling bersama anak

Karena anak sudah besar, bicarakan keputusan homeschooling bersama anak. Jika ide homeschooling berawal dari orangtua, dengarkan concern anak dan carikan solusi mengenai hal-hal yang menjadi keberatannya (biasanya mengenai pertemanan).

Jika ide homeschooling berasal dari anak, diskusikan dengan anak mengenai konsekuensi homeschooling. Homeschooling bukanlah pelarian dari masalah. Homeschooling bukan berarti bermalas-malas dan bertindak suka-suka. Homeschooling juga menuntut tanggung jawab dari anak mengenai kegiatan belajar yang akan dijalaninya.

c. Sadari dan lakukan proses deschooling

Apa itu deschooling? Deschooling adalah masa penyesuaian dari kebiasaan belajar di sekolah (yang dipimpin guru dan sangat terstruktur) menjadi homeschooling (dipimpin oleh diri sendiri dan orangtua). Kebiasaan atau budaya itu sangat berbeda karena homeschooling menuntut komitmen dan inisiatif anak agar berhasil. Pada masa deschooling ini, trauma psikologis dipulihkan, budaya belajar yang baru mulai ditumbuhkan.

Bacalah artikel-artikel mengenai deschooling, salah satunya adalah ini: http://www.examiner.com/article/homeschool-101-what-is-deschooling

d. Mulailah dari yang dikenali

Berbeda dengan sekolah yang memiliki standar tunggal, homeschooling memiliki model yang sangat beragam, mulai yang sangat terstruktur mirip sekolah (school-at-home) hingga yang sangat tidak terstruktur (unschooling). Karena sudah pernah sekolah, model yang paling biasa buat orangtua dan anak biasanya adalah school-at-home. Mulailah dari model ini sambil terus membaca referensi dan mencari model homeschooling yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi keluarga Anda.

Untuk di Indonesia, berkonsultasilah dengan penyelenggara ujian paket terdekat (PKBM atau SKB) mengenai ujian Paket yang akan diikuti anak. Masukkan materi-materi yang akan diujikan dalam kegiatan anak. Anda bisa mengajar sendiri, mengundang tutor, mengikutkan anak pada bimbel, atau bahkan anak belajar sendiri menggunakan materi-materi yang ada di Internet.

e. Lentur mencari model homeschooling

Sambil menjalani masa transisi dari sekolah ke homeschooling, secara bertahap bangunlah model homeschooling yang paling sesuai dengan kebutuhan anak Anda dan paling sesuai dengan kondisi keluarga. Kesempatan besar dalam homeschooling adalah mengeksplorasi minat dan bakat anak karena banyak waktu luang yang dimiliki anak-anak homeschooling.

Dalam proses ini, jangan lupa terus memperkaya wawasan dengan banyak membaca dan bergaul dengan praktisi homeschooling yang lain sehingga Anda memiliki banyak cermin dan inspirasi untuk model homeschooling Anda sendiri.

 


Viewing all articles
Browse latest Browse all 734